10 April, 2013

Saat SBY Terjebak Labirin: Antara Negara dan Partai

Manuel L Quezon dan John F Kennedy

Mendiang Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy dalam pidato pelantikannya sebagai presiden AS yang ke-35 pada tanggal 20 Januari 1961 menyampaikan pesan tentang kesetiaannya pada negara dengan tegas; “Loyalty to the party ends when the loyalty to the country has started.” (Loyalitas kepada partai berakhir ketika loyalitas kepada negara telah dimulai).

Memang sejatinya pernyataan ini bukan ucapan asli dari John F. Kennedy. Ia hanya mengutip pernyataan Manuel L. Quezon dalam bahasa Tagalog yakni “Ang katapatan ko sa aking partido ay magwawakas sa pagsibol ang katapatan ko sa aking bansa.” (Loyalitas saya kepada partai berakhir begitu saya memulai loyalitas saya kepada negara ). Quezon melontarkannya ketika dilantik menjadi Presiden pertama Persemakmuran Philipina pada tahun 1941.

Manuel Quezon, merupakan negarawan Philipina. Tetapi ia tidak hanya dihormati oleh bangsanya. Ia bahkan dihormati juga oleh Amerika Serikat, bangsa yang pernah menjajah Philipina.

Quezon dihormati karena salah satu ungkapannya tentang loyalitas mencerminkan kualitas kenegarawanannya. Selain itu ungkapan tersebut berlaku universal dan sepanjang masa. Sebuah ungkapan yang singkat, jelas dan patut dijadikan rujukan.

SBY, loyalitas kepada Negara atau Partai ?

Setiap cendekiawan yang mengutip ungkapan filosofis itu, tentu akan sangat setuju bahwa kalau seseorang menjadi pemimpin, menjadi presiden dari suatu negara, maka pada saat ia mulai bertugas, di saat itulah dia harus menanggalkan semua label partisannya. Karena dia menjadi Presiden bagi semua rakyat, tak peduli latar belakang politik dan ideologi apa yang dianut rakyatnya.

Tatkala saya menyimak pidato SBY setelah penetapannya secara aklamasi sebagai Ketua Umum Partai Demokrat (PD) dalam penutupan Kongres Luar Biasa (KLB) di Bali tempo hari, seorang kawan yang penggemar Juventus (Juventini) tiba-tiba berteriak lantang: “Presiden Juventus saja, Andrea Agnelli, perlu kerja fulltime untuk membawa Juventus menjadi juara !!”

Mengembalikan kejayaan Partai Demokrat yang kini tengah terpuruk akibat prahara korupsi mungkin lebih mudah dibanding mengurus sebuah klub sepakbola sekelas Juventus jika dilakukan secara fulltime. Tapi tentu tidak demikian jika pekerjaan mengurus partai yang tengah dirundung prahara itu dilakukan secara berbarengan dengan pekerjaan mengurus sebuah negara. Maka tentu bakal lebih sulit. Konsentrasi dan fokus SBY pasti bakal terbelah.


Karena itu, sangat beralasan jika kita sebagai rakyat menjadi risau dengan efektivitas jalannya pemerintahan kedepan. Apalagi terpilihnya SBY sebagai ketua umum kali ini, pada saat PD sedang terseok-terseok dan berusaha keras untuk bangkit, maka sedikit banyak pasti akan mempengaruhi jalannya pemerintahan.

Bahkan bukan hanya SBY seorang yang harus turun gunung. Dua menteri penting dalam Kabinet SBY, yakni Syarif Hasan (Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah) serta EE. Mangindaan (Menteri Perhubungan) juga harus turun gunung, masing-masing sebagai ketua harian DPP dan ketua harian dewan Pembina. Dan satu lagi, Marzuki Alie, Ketua DPR, Wakil Ketua Dewan Pembina PD, Wakil Ketua Majelis Tinggi juga sebagai Waketum SBY.

Kita semua tentu sepakat, salah satu ciri seorang negarawan sejati adalah lebih mengutamakan kepentingan bangsa dan negaranya di atas segalanya. Dan, terkait prahara yang tengah menimpa PD, SBY nampaknya telah mengabaikan hal ini. Sebagai presiden, ia seharusnya lebih fokus mengurus negara dan menuntaskan semua agenda pemerintahnnya yang tinggal menghitung hari itu.

SBY tampaknya telah tergoda dan termakan wacana bahwa dia-lah satu-satunya sosok pemersatu kader-kader PD yang tercerai berai dan terbelah dalam faksi-faksi, dan dia-lah satu-satunya tokoh harapan yang mampu mengembalikan kejayaan partai berlambang mercy itu pada pemilu 2014 nanti.


SBY seolah begitu yakin dan percaya diri bahwa ia lebih hebat dari Andrea Agnelli, sang presiden Juventus itu, bahwa menjadi presiden sebuah negara sekaligus presiden (ketua umum) sebuah partai yang sebentar lagi bakal bersaing di 2014 bukanlah pekerjaan yang terlalu sulit baginya.

Tapi seandainya SBY merenungkan kembali statemen mendiang Manuel Quezon ataupun John F. Kennedy yang kebetulan juga seorang tokoh Partai Demokrat Amerika itu,  SBY pasti akan tertegun dan malu sendiri karena ketika melantik 34 menteri Kabinet Indonesia Bersatu II th 2009 yang lalu beliau sendiri juga menyampaikan jargon tersebut. Dan kini SBY mau tak mau harus menelan ludahnya sendiri ketika dihadapkan pada turbulensi partai besutannya, yakni PD. Mana yang harus dia pilih; Partai atau Negara. Maunya SBY tentu kedua-keduanya jalan bersamaan dan lancar semuanya. Persoalannya adalah mengatur negara tak semudah mengatur partai, dan mengatur partai tak semudah mengatur RT. Kedua-duanya sama-sama berat karena melibatkan banyak orang, banyak kepentingan, dan sebagainyanya.

Kesimpulannya adalah ternyata memang tidaklah mudah untuk menyandang predikat negarawan. Kesediaan dan keikhlasan untuk berkorban sangat besar peranannya. Bahkan tidak kepalang tanggung, pengorbanannya itu bisa berupa harta, tahta, harga diri, keluarga, dan kehormatan. Dan SBY kini telah mengambil final decision: "Apaka lebih mengutamakan kepentingan negara atau partai ?" Dengan mudah rakyat akan menilainya sendiri.

Sumber:
http://www.rimanews.com

1 komentar:

Amisha mengatakan...

Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut