14 September, 2015

Crawler Crane Maut di Tanah Haram


Jumat, 11 September (Peristiwa Nine One-One atau Nine Eleven), tak hanya dikenang sebagai hari bersejarah bagi masyarakat Amerika yang memperingati insiden runtuhnya gedung WTC, namun juga menjadi kisah pilu bagi seluruh umat muslim di dunia.

Tepat di hari itu, sebuah alat derek (crane) raksasa, jatuh tumbang dan menimpa para jamaah calon haji yang hendak melaksanakan shalat maghrib di Masjidil Haram, Makkah. Akibatnya lebih dari seratus orang jamaah calon haji meninggal dan 10 diantaranya adalah warga negara Indonesia.


Sebuah kebetulan yang menarik, konon crane yang jatuh di Makkah itu tenyata milik perusahaan dari keluarga Bin Laden. Dan kebetulan pula ketika musibah terjadi pada Jumat sore kemarin itu tepat pada tanggal 11 September, persis 14 tahun lalu ketika menara kembar WTC di AS hancur (peristiwa 9-11).

Menurut Daily Mail, crane yang jatuh ternyata adalah milik perusahaan konstruksi dari keluarga Osama bin Laden bernama Bin Ladin Group. Perusahaan itu didirikan ayah Osama, Mohammed, dan kerap mendapatkan proyek-proyek raksasa di Arab Saudi. Perusahaan konstruksi ini adalah yang terbesar kedua di dunia.


Saat itu, hari Jumat sore menjelang maghrib (11/9-2015) waktu Arab Saudi, hujan deras disertai dengan angin yang sangat kencang. Hingga kini, dalam peristiwa tersebut sedikitnya telah menewaskan 107 orang dan belasan lainnya luka-luka.

Menurut Direktur Jenderal Otoritas Pertahanan Sipil Arab Saudi Letnan Sulayman Bin-Abdullah al-Amr, hujan deras disertai angin kencang berkecepatan 83 kilometer per jam merupakan penyebab insiden tersebut.


Hujan badai dan angin kencang yang disertai hujan es di wilayah Makkah sore itu, diduga sebagai penyebab salah satu crane raksasa di tempat itu tak kuat menahan beban dan jatuh terjerembab menimpa salah satu sisi Masjidil Haram.

Seperti diketahui, di seputaran Kakbah di Masjidil Haram Makkah, banyak sekali crane yang memang sedang digunakan untuk pembangunan perluasan Masjidil Haram.


Salah satu jenis crane (mesin derek) yang bernama crawler crane, Jumat kemarin mengejutkan dunia karena jatuh tumbang di area Masjidil Haram. Apa itu crawler crane?

Crawler crane adalah jenis mobile crane, yakni mesin derek besar yang dapat bergerak walaupun lambat. Mesin derek hidrolik ini dijuluki “crawler” karena menggunakan roda tank dari besi baja dengan bantalan lebar. Oleh karena itu, laju crane ini sangat lambat, bagaikan bayi yang sedang merangkak atau “crawl”.


Kelahiran crawler crane bermula sekitar tahun 1920-an di AS. Saat itu perusahaan Northwest Engineering yang pertama kali membuat crawler crane. Namun, saat itu bentuk mesin derek itu masih sederhana, hanya seperti sebuah katrol yang dipasangkan di atas rel.

Crawler crane yang lebih modern lantas di buat oleh Ray & Charles Moore dari Chicago, AS. Mesin tersebut bertenaga uap dan berbobot 15 ton. Versi ini mulai dikembangkan dan dipasarkan secara luas pada tahun 1925.


Dari situlah, banyak perusahaan alat konstruksi mulai mengembangkan crawler crane yang lebih canggih. Salah satu yang terkenal adalah crawler crane dengan tiang hidrolik yang pertama buatan Hymac, perusahaan asal Inggris di tahun 1966.

Mesin derek yang terkenal menggunakan roda ulat (caterpillar tracks) ini biasanya memiliki tinggi total mulai dari 50 meter hingga 120 meter lebih, dengan bobot puluhan hingga ratusan ton.


Crawler crane dengan ukuran raksasa ini bisa mengangkat beban berat antara 40 hingga 3.500 ton. Tak aneh bila majalah Cranes & Access di tahun 2006 menyatakan bila crawler crane adalah alat berat terbaik untuk membangun baling-baling raksasa PLTA (pembangkit listrik tenaga angin) yang ketinggiannya bisa mencapai 100 meter.

Salah satu keuntungan dari crawler crane adalah mobilitasnya di area konstruksi. Mesin ini bisa berjalan meskipun sedang membawa muatan berat. Penggunaan di lokasi dengan tanah tidak stabil pun memiliki resiko yang lebih rendah. Menggunakan roda mirip roda mesin perang tank, crawler crane tidak mudah terjebak di pasir atau tanah yang becek.


Akan tetapi, crawler crane sangat berat. Alat berat ini sangat susah dipindahkan dari satu lokasi proyek ke lokasi lainnya. Bahkan karena beratnya, untuk memindahkan alat ini biasanya harus dibongkar dulu sebelum akhirnya di letakkan di atas truk besar untuk dipindahkan, baru kemudian dipasang kembali.

Akibat bobotnya yang sangat berat itu (ratusan ton), maka saat crane jenis ini jatuh dan tumbang di Masjidil Haram, dampak kerusakannya memang cukup masif.


Proyek perluasan kawasan Masjidil Haram sekarang ini merupakan yang terbesar sepanjang sejarah Arab moderen. Saat ini masjid dengan sembilan menara itu mampu menampung 900 ribu orang. Dan pada musim haji, angka itu meningkat menjadi empat juta orang.

Pemerintah setempat menargetkan proyek pembangunan masjid tersebut selesai pada 2020 agar mampu menampung setidaknya 1,85 juta jemaah. Perluasan mencakup pada bagian halaman, terowongan, dan fasilitas pelayanan jalan lingkar (ring road) pertama.


Selain itu, ada penambahan 680 lift baru bagi jemaah disabilitas, 4.524 speaker untuk sistem suara, 6.635 kamera pemantau (cctv), 2.100 toilet baru, termasuk toilet kaum difabel, dan sistem pembersihan debu ruangan.

Pascajatuhnya derek besar (crane) yang menimpa jemaah haji di Masjidil Haram, Makkah, pemerintah Arab Saudi dikritik karena dianggap lalai. Pendiri Islamic Heritage Research Foundation yang berpusat di Makkah, Irfan al-Alawi, mengomentari insiden yang terjadi pada Jumat petang, 11 September 2015, tersebut.


Irfan mengeluhkan otoritas setempat yang sangat lalai karena membiarkan alat-alat proyek berat, seperti crane raksasa itu, menghadap langsung di Masjidil Haram begitu saja. “Arab Saudi harus berpikir ulang soal strategi keselamatan dan keamanannya,” katanya. “Sebab, ada 800 ribu orang di wilayah Masjidil Haram saat kecelakaan itu.”

Derek atau crane yang jatuh di Masjidil Haram telah menewaskan sedikitnya 107 orang dan melukai 238 lainnya. Crane tersebut merupakan satu dari puluhan derek (crane) di area itu yang digunakan dalam proyek perluasan mesjid terbesar yang menjadi kiblat umat Islam sedunia.

Dari berbagai sumber:
merdeka.com; tempo.co.id; wikipedia.org; brighthubengineering.com, dll.