Negara-negara kuat memiliki rancang bangun masing-masing tentang tata dunia baru yang diinginkannya, lengkap dengan agenda dan program operasional untuk mewujudkannya. Jika lengah, Indonesia bisa terombang-ambing oleh tarikan kepentingan negara lain. Perlu penyikapan yang tepat atas perkembangan China yang akan menjadi negara dengan ekonomi terkuat di dunia dengan angkatan bersenjata yang kuat, besar dan modern.
Dunia terus dikejutkan oleh berbagai pencapaian yang mengagumkan dari China. Sejak melakukan reformasi ekonomi tahun 1978, China mengalami pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan saat ini ekonomi terbesar kedua setelah AS dan pengaruhnya kian meningkat dalam perekonomian dan politik global. Sejak krisis finansial 2008, China adalah kontributor terbesar pertumbuhan ekonomi dunia.
Beberapa bulan lalu China menguji terbang pesawat penumpang C-919 yang sekelas Boeing 737. Di sektor jasa, China juga punya banyak perusahaan transportasi, kontraktor, perbankan, asuransi dan lain-lain yang tangguh. China telah membangun rel KA, jalan tol dan jembatan menyeberangi laut terpanjang di dunia.
Posisinya sebagai eksportir utama dunia dengan cadangan devisa senilai 3,14 triliun dollar AS (per Desember 2017) telah membuat yuan berpotensi mendampingi dollar AS sebagai mata uang internasional. China sudah menjadi investor terkemuka di berbagai belahan dunia. Melalui program Satu sabuk, Satu Jalan (One Belt, One Road atau OBOR), China tengah mendorong investasi untuk meningkatkan infrastruktur transportasi di 65 negara dengan nilai 900 miliar dollar AS. Investasi China juga ditanamkan di negara-negara maju, termasuk AS dalam bentuk surat utang pemerintah AS. Per Juni 2017, China memegang surat utang pemerintah AS senilai 1,15 triliun dollar AS, yang menjadikan China pemegang utang (kreditor) terbesar AS.
China sudah mengoperasikan dua kapal induk dan sedang membangun dua unit lagi. China juga telah menguasai teknologi produksi pesawat tempur generasi kelima yang sebelumnya hanya bisa dibuat AS dan punya rudal balistik berhulu ledak nuklir berkecepatan hipersonik, yang dapat menjangkau sasaran sejauh 12.000 kilometer hanya dalam waktu 30 menit. China akan menjadi seperti AS, Inggris, Perancis dan Rusia, yang mampu menggelar kekuatan militernya di berbagai belahan dunia.
Kemunculan China sebagai negara adidaya baru dalam dimensi ekonomi, politik, militer dan ilmu pengetahuan juga meningkatkan minat China untuk membesarkan pengaruhnya melalui lembaga-lembaga internasional. China menuntut hak suara yang lebih besar di Bank Dunia dan IMF, serta mendirikan Bank Pembangunan BRICS bersama Brasil, Rusia, India dan Afrika Selatan disamping Asia Infrastructure Investment Bank (AIIB).
China juga bersemangat mendukung pembangunan terusan di Thailand yang akan menghubungkan laut Andaman dan Laut China Selatan melalui tanah genting Kra. Jika terusan sepanjang 150 km itu terwujud, jalur laut melalui selat Malaka akan tersaingi karena rute itu memotong jarak laut lebih dari 2.500 km untuk kapal-kapal dari belahan barat ke belahan timur Asia. Hal itu tentu berdampak pada nilai strategis Indonesia secara geopolitik, antara lain karena berkurangnya angkutan laut melalui selat Malaka yang selama ini bernilai 5.000 triliun dollar AS per tahun.
Jika terusan Kra (Kra Canal) di Thailand itu terwujud,
maka jalur laut melalui selat Malaka akan tersaingi.
Hubungan Indonesia-China
Sejarah menunjukkan, hubungan Indonesia-China pasang surut. Sempat mesra hingga 1965 dan menyentuh titik terendah di 1966/1967, ketika China memberikan dukungan pada pemberontakan G-30S/PKI. Setelah normalisasi, hubungan Indonesia-China kian hangat dan di era sekarang diwarnai banyak kerja sama ekonomi, bahkan juga sosial politik. Ketika peranan Jepang agak surut di Asia Tenggara pasca krisis ekonomi 1998, China memotori terbentuknya Inisiatif Chiangmai, yaitu skema kolektif negara-negara Asia Tenggara dan China untuk menghadapi para spekulan pasar uang, sesuatu yang sangat berarti untuk kawasan ini, karena mata uang Indonesia, Thailand dan Malaysia pernah menjadi korban permainan spekulan, antara lain oleh George Soros. China gencar memberikan insentif ekonomi dan pembangunan di Indonesia, melalui AIIB. Perdagangan bilateral Indonesia-China terus meningkat, terutama setelah diberlakukan ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA).
Hubungan Indonesia-China sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Dan sebaiknya kita perlu tetap berhati-hati terhadap kepentingan-kepentingan China yang dapat merugikan Indonesia, serta memanfaatkan secara optimal kemajuan-kemajuan China bagi keuntungan Indonesia. Sejak era kerajaan-kerajaan besar Nusantara di masa lalu, China sudah berusaha melakukan penguasaan politik atas Nusantara. Pernah Kaisar Kubilai Khan mengirim utusan dan armada untuk meminta upeti, yang artinya raja Jawa diminta tunduk pada kaisar China. Hal itu tegas ditolak Raja Kertanegara dari Kerajaan Kediri dengan memotong kedua telinga para utusan China dan menyuruhnya kembali ke China.
Profesi pendatang Tionghoa juga berbeda-beda. Di Bangka Belitung, para pendatang Tionghoa, awalnya adalah buruh-buruh pertambangan. Di Jawa Tengah dan Jawa Timur, pendatang Tionghoa awalnya berprofesi sebagai pedagang kecil, pedagang hasil bumi dari pedalaman dibawa ke kota-kota dan karena itu interaksinya berlangsung antara petani dan pedagang. Istilah ce pek (seratus), go cap (lima puluh), go pek (lima ratus), go ceng (lima ribu), go ban (lima puluh ribu), go tiaw (lima juta), menjadi sangat akrab di masyarakat Jawa. Akulturasi yang terjadi bukan saja dalam bentuk fisik seperti arsitektur, aneka artefak dan perabotan rumah tinggal, tetapi juga kain batik, perhiasan, kosa-kata, ungkapan bahasa sehari-hari, kuliner dan kesenian (seperti gambang kromong, cokekan, tanjidor), sastra, seni lukis, bela diri, astrologi, pengobatan dan lain sebagainya.
Presiden Indonesia, Joko Widodo dan Presiden RRC, Xi Jinping, beserta istri masing-masing.
Pendatang Tionghoa dengan budaya kuliner yang lebih maju, telah ikut memperkaya tradisi kuliner nasional. Masyarakat kita sudah akrab dengan aneka ragam jenis makanan (panganan) yang dipengaruhi tradisi kuliner Tionghoa, misalnya; onde-onde, wingko, getuk, jenang, otak-otak, siomay, bakpao, bakpia, bakmie, bakwan, bakso, dan lain-lain. Ekspresi budaya orang Tionghoa peranakan di Indonesia yang tersebar di berbagai tempat di Tanah Air, sangat berbeda dan lebih kaya dibanding ekspresi budaya orang Tionghoa di Malaysia dan Singapura.
Saat ini, budaya Tionghoa peranakan telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya nasional Indonesia. Sifat masyarakat Indonesia yang cenderung sinkretik, telah membuat pengaruh Hindu, Buddha, Islam (Arab), Tionghoa, India dan Barat mewarnai ekspresi budaya yang bervariasi dalam kehidupan masyarakat kita hingga sekarang. Betapa kaya dan berwarnanya kebudayaan Indonesia.
Kini ada kecurigaan, kebangkitan China akan bersifat mengancam. Ambisi teritorialnya di Laut China Timur (LCT) dan Laut China Selatan (LCS) serta kecenderungan imperialistiknya atas Laos dan Kamboja membuat khawatir banyak negara di kawasan. Indonesia beruntung berbatasan dengan China di laut, tidak di daratan. Di LCS, Indonesia menolak langkah politik sepihak China yang mengklaim sebagian wilayah perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia, yang ditarik dari sisi utara dan timur kepulauan Natuna sebagai wilayah perairan ZEE China.
Pernah pula timbul insiden penembakan oleh kapal penjaga pantai China terhadap kapal penjaga pantai Indonesia yang menangkap nelayan China. Indonesia konsisten menyatakan tak memiliki sengketa wilayah ZEE dengan China, karena klaim China itu tak diakui hukum dan komunitas internasional.
Kecenderungan imperialistik China di Asia Tenggara (khususnya di Laos dan Kamboja yang ekonominya amat bergantung pada China) terus meningkat. Dalam empat tahun terakhir, forum-forum ASEAN selalu gagal menyepakati rumusan pernyataan bersama yang bernada memprotes Beijing dalam sengketa di LCS (yang diajukan oleh Filipina, Vietnam, Malaysia dan Brunei), karena keberatan Kamboja dan Laos.
Amerika takut dengan China. Kalau Indonesia? Siapa takut?
Sikap kehati-hatian kita pada Beijing perlu diterapkan di banyak tempat. Dalam skema kerja sama ekonomi, pengalaman pahit Sri Lanka yang pelabuhan dan bandara miliknya berpindah tangan ke China pada 2016 jangan sampai terjadi di Indonesia. Di bidang politik, keluhan Australia bahwa China berupaya mempengaruhi politik dalam negeri Australia melalui pendanaan politik pada beberapa tokoh politik dan LSM perlu menjadi pelajaran penting. Sikap kehati-hatian kita pada Beijing perlu diterapkan di banyak tempat.
Sementara itu di bidang budaya, identitas kultural wilayah Nusantara yang beraneka ragam dan sangat spesifik harus tetap terus dipertahankan.
Kemampuan ekonomi Tiongkok yang sangat besar, serta dengan jumlah penduduk yang sangat banyak, sesungguhnya merupakan pasar bagi berbagai produk yang perlu kita manfaatkan untuk mempercepat kemajuan Indonesia di segala bidang. Dan yang paling penting, itu semua dilakukan dengan tetap berpegang teguh pada ajaran Trisakti Bung Karno: berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi dan berkepribadian dalam budaya.
Siswono Yudo Husodo
Pengusaha dan politisi Indonesia
KOMPAS, 2 Maret 2018
Biografi Singkat Siswono Yudo Husodo
Siswono Yudo Husodo, lahir di Long Iram, Kutai Barat, Kalimantan Timur, pada tanggal 4 Juli 1943 (2018 berumur 75 tahun) adalah seorang pengusaha dan politisi Indonesia. Ia pernah menjadi calon Wakil Presiden Indonesia pada Pemilu tahun 2004 sebagai pasangan dari capres Amien Rais. Mereka berdua kalah pada pemilu 2004 itu. Yudo Husodo pernah menjabat sebagai Menteri Negara Perumahan Rakyat pada masa Orde Baru Presiden Soeharto, yakni dalam Kabinet Pembangunan V (1988-1993) dan sebagai Menteri Transmigrasi pada Kabinet Pembangunan VI (1993-1998).
Siswono adalah mantan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (1973-1977) dan Ketua Persatuan Pengusaha Real Estate Indonesia (1983-1986). Sejak tahun 1999, dia menjadi petani pengusaha dan menjadi anggota MPR mewakili petani. Sejak itu kesibukannya sudah lebih banyak di pertanian. Lulusan Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1968 ini fasih menerangkan bagaimana mengawinkan domba, bagaimana memilih bibit domba unggul, dan bagaimana bercocok tanam tembakau dan sayur-mayur.
Siswono Yudo Husodo dan buku karyanya: "Menuju Welfare State".
Perhatian Siswono terhadap masalah pertanian makin besar setelah ia tidak lagi berada di birokrasi dan ketika masyarakat tani memilihnya menjadi Ketua Umum HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia) sejak 1999.
Kesibukannya di seputar pertanian itu bukan hanya karena ia menjadi Ketua Umum HKTI. Bahkan sebelum ia bersama rekannya mendirikan CV Bangun Tjipta Sarana yang kemudian berubah menjadi PT Bangun Tjipta Sarana, sebuah kelompok usaha dengan bisnis inti konstruksi, beliau sudah sejak awal mengelola bisnis usaha tani.
Saat ini, Siswono Yudo Husodo menjabat sebagai Wakil Ketua Badan Kehormatan (BK) DPR. Siswono menjadi anggota DPR dari dapil Jateng I melalui Partai Golkar.
Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Siswono_Yudo_Husodo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar