Namun daripada tidak dibayar akhirnya Sandi pun mau menerima saja pembayaran dengan saham yang nilainya sedang turun tersebut, lalu ditambah mobil bekas dan stationery bekas. Tentu saja Sandi mau menerima ini tapi dengan perasaan dongkol.
Mobil bekas itupun dijualnya, stationery bekas ia gunakan untuk menyimpan dokumen perusahaan, dan saham yang tidak bernilai itu ia simpan di loker.
Seminggu, dua minggu, tiga minggu, saham yang tadinya dianggap tak berguna itu ternyata meningkat nilainya. Bahkan melebihi total invoice yang harusnya dulu dibayar cash. Begitu girangnya Sandi kemudian ia memutuskan untuk menjual saham tersebut.
Setelah Jawa Pos Group sebagai klien pertama Sandi, mereka dapat klien dari Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI). Namun, Sandi dan Rosan tidak menerima bayaran dalam bentuk uang dari GKBI tetapi mendapatkan ruangan kantor di wisma GKBI.
Sandi Uno mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan keluarga William Soeryadjaya.
Private Equity dan Saratoga
Sejak kembali ke Jakarta, Sandi meminta kesediaan William Soeryadjaya untuk jadi mentor bisnisnya. William Soeryadjaya menyediakan waktu satu jam setiap minggunya saat makan siang hari Sabtu. Intensitas pertemuan dengan William Soeryadjaya di kantornya Jalan Teluk Betung membuat Sandi juga banyak bertukar pikiran dengan putra William, Edwin Soeryadjaya.
Dipicu oleh jebolan Astra bernama Kiki Sutantyo yang kemudian sukses membangun bisnis sendiri, Edwin mulai “menggoda” Sandi untuk menggarap bisnis bersama. Pertengahan tahun 1998, Sandi mulai terlibat bersama Edwin dalam rencana pengambilalihan Astra Microtronics.
Selama enam bulan berikutnya Sandi menyiapkan skema pembiayaan dengan investor-investor asing untuk mendapatkan dana yang cukup. Sandi mengingat dengan jelas tanggal 2 Desember saat putri keduanya, Amyra Atheefa Uno lahir di rumah sakit Medistra. Dari rumah sakit itu Sandi terhubung dengan investor-investor luar negeri via teleconference dan berhasil mengunci “deal” untuk pendanaan.
Walaupun kemudian pengambilalihan itu gagal membesarkan Astra Microtronics, tetapi Sandi mendapatkan pengalaman dan ilmu yang sangat berharga tentang apa yang kemudian dikenal sebagai Private Equity.
Pada tahun 1999, pemerintah membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dalam upaya penyehatan perbankan, penyelesaian aset bermasalah dan mengembalikan uang negara yang tersalurkan ke sektor perbankan. Setelah melewati proses panjang, aset-aset yang diambil alih itu kemudian dilepas lagi oleh BPPN. Momentum ini dimanfaatkan dengan baik oleh Saratoga. Termasuk pada saat BPPN melego kepemilikan Astra, Saratoga seperti mendapatkan kesempatan emas untuk kembali menguasai perusahaan yang dulu sempat lepas dari tangan keluarga Soeryadjaya. Sayang upaya itu kandas, karena lelang dimenangkan oleh Jardine Group dari Singapura.
Namun demikian, Saratoga terus berkembang jadi salah satu perusahaan private equity terbesar di Indonesia. Pembelian Adaro Energy dan banyak perusahaan lainnya yang kemudian dikelola dengan baik membuktikan kapasitas Saratoga dalam dunia bisnis nasional. Sementara Recapital pun ketika berhasil mendapatkan akses modal dan investasi juga berevolusi dari konsultan keuangan jadi private equity dengan banyak bidang usaha di bawahnya.
Sampai saat ini ada lebih dari 10 perusahaan dibawah naungan PT Saratoga Investama dan semuanya itu perusahaan besar semua. Di antara perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh Sandiaga Uno, baik itu sebagai pribadi ataupun dibawah PT Saratoga Investama, adalah: PT Adaro Indonesia, PT Indonesia Bulk Terminal, PT Mitra Global Telekomunikasi Indonesia, Interra Resources Limited, PT. iFORTE Solusi Infotek, PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk, PT Gilang Agung Persada, PT Lintas Marga Sedaya, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. Dan lain-lain.
Sandi dibesarkan dalam lingkungan keluarga Islam “formal”. Orang tuanya melaksanakan kewajiban shalat lima waktu dan Sandi belajar mengaji di luar. Walaupun kemudian Sandi sekolah di SD Kristen dan kemudian di SMA Katholik, Sandi tetap masih rutin melaksanakan kewajiban shalat. Tetapi upaya memperdalam agama belum muncul pada saat itu bahkan dia belum terlalu lancar baca Al-Qurān.
Upaya memperdalam agama muncul ketika dia kembali dari studi di WSU (Wichita State University). Nur Asiah mengajak Sandi untuk mulai ikut dalam acara pengajian dan tadarusan. Sayangnya pada saat itu, Sandi lebih banyak memanfaatkan pengajian itu sebagai ajang untuk bisa lebih sering bertemu dengan Nur Asiah. Haji Azis, orang tua Nur sebenarnya punya keinginan besar untuk mendorong pacar anaknya itu untuk lebih serius mendalami agama. Harapannya itu lebih banyak disampaikan lewat Nur.
Kemudian ketika sudah kuliah S2 di GWU (George Washington University), Sandi ikut mendirikan pengajian di kalangan mahasiswa S2 di DC. Pengajian itu dimulai dari 5 orang, berkembang jadi 10 orang, dan ketika Sandi meninggalkan DC, pengajian itu sudah berkembang hingga diikuti oleh 300 orang peserta. Kedutaan dan Islamic Center memfasilitasi kebutuhan ustad dan pengisi ceramah. Bahkan saat itu Sandi bersama teman-temannya ikut jadi pengurus ICMI cabang DC.
Sandi mulai serius mempelajari Al-Qurān pada tahun 1999, bersama dengan Rosan. Guru ngaji mereka berasal dari Lombok. Sandi belajar membaca Al-Qurān dengan tajwid hingga pada tahun yang sama itu dia bisa khatam Al-Qurān untuk pertama kalinya. Setelah itu minimal satu kali dalam setahun dia khatam membaca Al-Qurān. Ibadah Sandi pun tidak lagi sekedar shalat 5 waktu tetapi juga sholat sunnah dan puasa sunnah Senin – Kamis. Jadi penampilan relijius Sandi yang dilihat oleh publik saat ini sebenarnya berasal dari perjalanan panjang dalam hidupnya. Sama sekali bukan sekedar pencitraan.
Muhammad Lutfi, salah seorang sobat dekat Sandi Uno.
Kenal Politik Lewat HIPMI
Kalau ditanyakan pada Sandi Uno, siapa orang yang berperan besar dalam karir organisasinya di HIPMI maka jawabannya adalah Muhammad Lutfi. Sebaliknya apabila diajukan pertanyaan pada Lutfi tentang siapa orang yang berhasil menjadikan HIPMI jadi organisasi sebagaimana impiannya maka jawabannya pasti Sandiaga Uno.
Pada tahun 1999, HIPMI yang merupakan wadah para pengusaha muda Indonesia yang didirikan pada tahun 1972 itu, kondisinya nyaris hancur lebur. Tahun 1998, Lutfi ditunjuk jadi ketua HIPMI Jaya. Saat itu Sandi baru mulai lagi membangun bisnis bersama Rosan di Recapital dan juga bersama Edwin di Saratoga.
Lutfi berusaha menarik Sandi untuk ikut membantunya di HIPMI. Sandi skeptis dengan HIPMI dan dirinya sendiri. Pertama HIPMI nyaris sudah tidak terdengar lagi eksistensinya. Dan kedua, Sandi merasa pengalamannya di organisasi kemasyarakatan sangat minim. Tetapi Lutfi berhasil “memaksa” Sandi untuk ikut bergabung.
Sandi mengenang pelantikan anggota HIPMI Jaya waktu itu sangat “mengenaskan”. Anggota yang dilantik hanya 9 orang dan dilakukan di sekretariat HIPMI. Bahkan dia masih ingat betul ketika Rosan dilantik pada saat itu hanya mengenakan celana pendek. Setelah pelantikan itu Sandi mengakui tidak banyak yang dilakukannya sebagai anggota HIPMI Jaya periode 1998-2001.
Kemudian, pada tahun 2001 itu juga, Lutfi mencalonkan diri sebagai Ketua Umum HIPMI Pusat, lalu dia kembali mendorong Sandi untuk terlibat sebagai tim sukses. Sadar bahwa dia tidak berkontribusi terlalu banyak di HIPMI Jaya, Sandi enggan menerima tawaran itu. Tetapi seperti biasa, Lutfi berhasil memaksanya. Tetapi justru keterlibatannya dalam tim sukses Lutfi lah yang pertama kali memberikan kesadaran politik pada Sandi.
Penunjukan langsung oleh Lutfi itu menimbulkan gosip tidak sedap. Ada yang beranggapan Sandi tidak pantas masuk jajaran pimpinan karena belum pernah jadi pengurus HIPMI daerah. Disitulah Sandi melihat bahwa di dalam organisasi seperti HIPMI, politik tidak akan pernah selesai walaupun pemilihan sudah terjadi. Di dalam AD/ART HIPMI memang tercantum syarat untuk jadi pengurus pusat harus terlebih dahulu pernah jadi pengurus di daerah. Lutfi berusaha mempertahankan posisi Sandi dengan menggunakan legitimasi sebagai Ketua Umum terpilih, tetapi suara tidak puas terus bermunculan. Hingga kemudian Arifin Akuba, Ketua HIPMI Gorontalo, pasang badan dengan menyatakan bahwa Sandi adalah pengurus HIPMI Gorontalo. Dari peristiwa inilah, Sandi banyak belajar tentang pentingnya membina jaringan hingga tingkat daerah.
Selama jadi pengurus pusat HIPMI pada masa Lutfi, Sandi mengakui keterlibatannya masih sebatas kewajiban formal organisasi. Tidak saja karena HIPMI adalah dunia yang baru tetapi juga karena pada saat itu bisnisnya sedang mendaki puncak. Itu sebabnya ketika jelang akhir kepengurusannya Lutfi bertanya pada Sandi mengenai masa depan HIPMI. Dia agak heran, suara dukungan untuk Sandi maju menggantikan Lutfi pada pengurusan berikutnya bermunculan, dimulai dari HIPMI Gorontalo yang menyatakan kebulatan tekad mendukung Sandi. Awalnya Sandi benar-benar enggan dan tidak mau untuk maju jadi calon Ketua Umum HIPMI. Jadi pengurus saja dia tidak begitu antusias, apalagi ketua. Lutfi pun mulai meng-endorse Sandi dengan menyebut Sandi sebagai salah satu kader terbaik yang berpeluang meneruskan kepemimpinannya di HIPMI.
Munas HIPMI tertunda dua kali pada tahun 2004, pertama karena pemilu presiden dan kedua karena bencana tsunami yang melanda Aceh. Memasuki tahun 2005 Sandi sudah merasa settle di bisnis dan jadi pengurus KADIN, tidak ada rencana melanjutkan kiprah di HIPMI. Tetapi Lutfi terus mendorong Sandi untuk maju. Hingga Sandi akhirnya menanyakan pendapat istrinya. Dengan intuisinya Nur Asiah mengatakan bahwa Sandi perlu suasana baru dan HIPMI bisa jadi salah satu solusinya. Sandi kemudian balik bertanya pada Lutfi berapa waktu yang dihabiskannya untuk mengurus HIPMI. Lutfi menjawab santai, hanya 30% waktunya habis untuk HIPMI sementara 70% lainnya tetap untuk bisnis. Dengan dalih itu, Sandi meminta izin pada Rosan partnernya di Recapital dan Edwin partner di Saratoga untuk bisa menyisihkan waktu 30% nantinya bila terpilih jadi Ketua Umum HIPMI. Keduanya memberikan dukungan pada Sandi.
Kampanye Ketum HIPMI membuka jalan bagi Sandi untuk mengenal Indonesia. Saat berkampanye di Sumatera, dia fasih menyatakan diri sebagai putra kelahiran Rumbai Sumatera. Begitu berkampanye di Kalimantan, dia menjelaskan tentang Adaro sebagai salah satu pilar ekonomi di pulau itu. Sementara untuk Sulawesi, dia pilih Manado yang terletak tidak jauh dari daerah kelahiran ayahnya, Gorontalo. Tidak lupa Sandi mengumpulkan segenap pengurus HIPMI Indonesia Timur di Bali. Dari tiga kandidat yang maju, akhirnya Sandi memenangkan voting secara mutlak dengan capaian suara 138 banding 9 dan 3.
Terpilihnya Sandi sebagai Ketua Umum HIPMI, tidak hanya melambungkan namanya tetapi juga memberi nilai lebih pada HIPMI. Setelah memimpin HIPMI, Sandi baru sadar bahwa dia telah “dikelabui” oleh Lutfi. Waktu yang dihabiskan untuk organisasi ternyata 70% sementara 30% sisanya untuk bisnis.
Penyelesaian masalah Aceh, stabilitas nasional yang semakin kukuh dan pembangunan ekonomi yang gencar dilakukan oleh Presiden SBY dan Wapres JK membuat peran HIPMI jauh lebih besar dibandingkan periode sebelumnya. Dan sejak upaya pembelian Astra dan BCA, Sandi yang masih berusia awal 30-an jadi fenomena baru di dunia usaha Indonesia. Tak pelak lagi, Sandi yang tidak pernah memproyeksikan dirinya memimpin organisasi di luar bisnis, justru muncul sebagai figur muda yang penting di Indonesia.
Kalau Lutfi bisa “memaksa” orang lain untuk menerima gagasannya, maka Sandi adalah figur yang mudah diterima oleh semua kalangan. Lutfi berhasil meletakkan pondasi yang kuat untuk HIPMI tetapi Sandi-lah kemudian yang menjadikan organisasi ini penting dan jauh lebih prestisius dibanding kepengurusan di organisasi lain mana pun. HIPMI telah memberikan ruang yang cukup bagi pemikiran-pemikiran Sandi untuk publik.
Jurus Bangau dari Sandi Uno yang terkenal.
Berkaca pada krisis ekonomi 1997, Sandi melihat bahwa sektor UMKM yang sebagian besar bergerak di sektor informal justru mampu bertahan terhadap krisis. Maka Sandi mulai menggaungkan pentingnya peran UMKM dalam menghasilkan pengusaha-pengusaha baru di Indonesia. Dia rajin datang ke kampus-kampus menginspirasi para mahasiswa untuk jadi pengusaha. Munculnya anak-anak muda pengusaha dalam 10 tahun terakhir di Indonesia adalah buah dari inspirasi tiada henti yang dilakukan Sandi.
Sandi bukanlah seorang orator yang ulung tetapi seorang pekerja keras yang setiap tindakannya memberikan inspirasi dan implikasi luas. Saat pengusaha generasinya masih bangga menggunakan jas dan dasi, Sandi memulai trend baru pemakaian batik. Dampaknya batik jadi baju wajib untuk acara-acara resmi hingga saat ini.
Kecintaannya pada lari kemudian melahirkan komunitas berlari untuk berbagi dan beragam komunitas lari lainnya di Jakarta dan Indonesia. Sementara gagasannya tentang entrepreneurship melahirkan begitu banyak pengusaha baru dan komunitas-komunitas yang memayunginya. Selama tiga tahun memimpin HIPMI, Sandi tidak hanya membesarkan organisasi itu tetapi juga mampu menjadikan dirinya sebagai panutan generasi baru di Indonesia.
Sandi memulai kiprah dalam KADIN saat kepengurusan MS Hidayat pada tahun 2003. Ketika itu Sandi ditunjuk menjadi Ketua Komite Tetap Bidang UKM. Pada periode kedua kepemimpinan MS Hidayat tahun 2008, Sandi naik jadi Wakil Ketua Umum KADIN bidang UKM. Pada kabinet SBY Boediono tahun 2009, MS Hidayat ditunjuk menjadi menteri perindustrian. Kekosongan sementara jabatan Ketum KADIN saat itu diisi oleh pejabat sementara Adi Tahir. Dan pada tahun 2010 diselenggarakan kongres KADIN untuk memilih Ketua Umum baru.
Dua tahun setelah lengser dari jabatan Ketua HIPMI, nama Sandi masih terhitung fenomenal di Indonesia. Nama Sandi sering disandingkan dengan Anas Urbaningrum di politik dan Anies Baswedan dari dunia intelektual sebagai calon pemimpin masa depan Indonesia. Undangan untuk menghadiri forum nasional dan internasional pun masih banyak diterima. Malah pada April 2010, Sandi mewakili Indonesia dalam The Presidential Summit on Entrepreneurship dimana Presiden Barack Obama bertemu dengan para pemimpin dan pengusaha muslim seluruh dunia. Tetapi di sisi lain, Sandi juga memendam sedikit kekecewaan karena namanya tidak masuk dalam anggota kabinet SBY Boediono. Padahal namanya banyak digadang-gadang untuk mengisi posisi Menteri Koperasi dan UKM.
Kombinasi antara optimisme karena keberhasilannya memimpin HIPMI dan perannya yang semakin besar dalam dunia usaha nasional dengan sedikit kekecewaan di atas membuat Sandi memutuskan maju dalam kontestasi Ketua Umum KADIN. Apalagi dia sudah berkiprah cukup lama di KADIN. Pada awalnya sepertinya Sandi akan melenggang mulus untuk meraih kursi Ketum KADIN. Sandi kemudian muncul mengusung kampanye Indonesia Setara. Sandi menjabarkannya sebagai gerakan untuk membangun mindset percaya diri bahwa rakyat Indonesia mampu berprestasi untuk mendorong kemajuan bangsa terutama di bidang ekonomi. Sayangnya pada saat pemilihan, justru Suryo Bambang Sulisto yang terpilih menjadi Ketua Umum KADIN.
Saat voting dilakukan, Sandi hanya menempati peringkat ketiga dari lima kandidat dengan 22 suara. Sementara Suryo Bambang Sulisto dapat 51 suara dan Wisnu Wardhana 30 suara, sehingga berhak maju pada putaran kedua yang kemudian dimenangkan oleh Suryo Bambang Sulisto. Kegagalan Sandi ini mengejutkan publik yang tidak begitu mengerti “permainan politik” di KADIN. Beberapa pihak mengatakan sejak kegagalan kontestasi itu, Sandi mulai menarik diri dari kegiatan organisasi dan kembali ke habitat awalnya di dunia bisnis.
Sulaiman Saladdin Uno, putra bungsu keluarga Sandiaga Salahuddin Uno.
Menuju Politik Praktis
Pada tanggal 2 Desember 2011, Nur Asiah Uno melahirkan anak ketiga dan merupakan anak lelaki satu-satunya hingga saat ini, bernama Sulaiman Saladdin Uno. Kelahiran Sulaiman menumbuhkan gairah baru bagi Sandi yang usianya sudah menanjak 43 tahun. Di dunia bisnis, baik Saratoga maupun Recapital masih terus berkibar. Ada beberapa kegagalan bisnis seperti Dipasena, Mandala dan terakhir Bloomberg TV Indonesia, tetapi tidak sebesar keberhasilan yang telah dicapai oleh puluhan perusahaan di bawah dua bendera itu.
Sejak tahun 2007 sebenarnya Sandi sudah menarik diri secara aktif dari Recapital. Tetapi dia masih rutin meluangkan waktu di Recapital, minimal setiap hari Jumat. Dan di tahun 2013, tepatnya pada tanggal 27 Juni, tepat sehari sebelum dirinya menginjak usia ke 44 tahun, Sandi berhasil membawa Saratoga untuk melantai di Bursa. Saratoga adalah perusahaan private equity pertama di Indonesia yang melakukan IPO setelah lima belas tahun beroperasi. Ketika itu IPO yang dilakukan oleh Saratoga mencatat transaksi terbesar di bursa Indonesia pada tahun 2013 itu, yakni senilai $ 150 milyar. Pada tahun 2015 yang lalu, Saratoga mengumumkan laba bersih usaha senilai Rp 803 milyar.
Atas dorongan Edwin dan Rosan, Sandi mulai memikirkan terjun ke politik praktis secara full time di awal tahun 2014. Atas perbincangan Rosan dan Onny Hardjanto serta Edwin dan Hashim, Sandi mulai serius berdiskusi dengan Prabowo yang berujung permintaan kesediaan bergabung dengan Partai Gerindra.
Secara luas publik baru mulai membaca arah politik Sandi pada saat pemilihan presiden tahun 2014. Sandi muncul sebagai juru bicara pasangan Prabowo-Hatta Rajasa. Awalnya publik cukup terkejut dengan kemunculan Sandi di kubu Koalisi Merah Putih yang mengusung pasangan tersebut. Publik memandang Sandi sebagai tokoh muda pembaharu yang sukses karena kerja keras dan bukan karena KKN. Di sisi lain, persepsi publik masih menilai Prabowo sebagai tokoh status quo yang belum bersih betul dari dosa-dosa masa lalu (Pak Harto dan Orde Baru). Pemilihan presiden akhirnya dimenangkan oleh pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla, jalan untuk partisipasi politik melalui kabinet tertutup rapat untuk Sandi. Pilihan yang tersedia hanyalah dengan benar-benar masuk ke Partai Politik.
Munas Partai Gerindra pada bulan April 2015 akhirnya menjawab tanda tanya soal arah politik Sandiaga Uno. Tanggal 8 April 2015, Sandi ditetapkan sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra mendampingi Letjen. TNI (Purn.) Prabowo Subianto. Satu bulan kemudian, Rapat Umum Pemegang Saham PT Saratoga Investama Sedaya pada 10 Juni 2015 memutuskan menerima pengunduran diri Sandiaga Uno sebagai Direktur Utama. Secara otomatis Sandi juga melepas 16 jabatan Direktur lainnya di bawah Saratoga termasuk di Adaro Energy. Sandi menyatakan pengunduran diri itu dilakukan karena dirinya ingin fokus terjun ke dunia politik.
William Soeryadjaya adalah mentor bisnis Sandi. Penyelesaian masalah bank Summa dengan cara melepas kepemilikannya di Astra adalah bentuk tanggung jawab William Soeryadjaya yang sulit ditemukan Sandi pada pengusaha lain. Integritas dan tanggung jawab bisnis seperti William Soeryadjaya itulah yang kemudian jadi patokan moral bagi Sandi dalam mengelola bisnisnya.
Sandi menolak dirinya disebut sebagai Investor “Burung Bangkai” yaitu investor yang sengaja membeli perusahaan sakit, yang bangkrut untuk kemudian diperbaiki dan lalu dijual kembali. Sebagai salah satu Dealmaker terbaik di Indonesia, dalam setiap aksi beli perusahaan, Sandi senantiasa berpatokan pada kebutuhan jangka menengah dan jangka panjang. Tidak semua perusahaan yang berhasil diperbaiki dijual kembali oleh Sandi. Sebagian perusahaan tetap dipertahankan, tidak dijual karena memberikan keuntungan jangka panjang.
Dalam melakukan restrukturisasi perusahan-perusahaan bermasalah, Sandi berprinsip sedapat mungkin untuk tidak mengorbankan kepentingan para karyawan hanya demi menyelamatkan pemilik modal. Itu sebabnya hampir tidak pernah terdengar gejolak karyawan dari perusahaan-perusahaan yang diambil alih olehnya.
Energi besar yang dicurahkannya pada UMKM bersumber pada keyakinan Sandi bahwa sektor ini terbukti mampu bertahan melawan krisis dan jadi pintu masuk bagi sebagian besar wirausahawan pemula dalam mengawali bisnis. Masalah utama yang dihadapi oleh UMKM adalah akses modal, akses pasar dan ketersediaan sumber daya manusia. Sandi rajin menggali pemikiran UMKM dari tokoh-tokoh seperti Muhammad Yunus, penggagas Grameen Bank dari Bangladesh, Bambang Ismawan tokoh LSM Bina Swadaya, Tri Mumpuni, penggagas pembangkit listrik mikro hidro dan banyak tokoh lainnya.
Buku Man of The House karya Tip O’Neill banyak berpengaruh dalam membentuk cara pandang Sandi terhadap politik. Memoir politik Thomas Philip “Tip” O’Neill Jr yang pernah menjabat Speaker of US House Representatives itu menginspirasi Sandi dalam banyak hal. Beberapa poin penting yang didapatkan dari buku setebal lebih dari 800 halaman itu antara lain: Actually everything we do, we will always dance with the one who bring us in. (Sebenarnya semua yang kami lakukan, kami akan selalu menari dengan orang yang membawa kami masuk). Bagi Sandi itu erat kaitannya dengan loyalitas, nilai yang sepanjang hidup selalu dipertahankannya. Dia tidak akan melupakan peran Andreas Tjahyadi yang mempertemukannya kembali dengan Edwin atau peran Muhammad Lutfi yang “memaksa”-nya bergabung dalam HIPMI. Sayangnya realitas politik praktis di Indonesia lebih banyak diwarnai oleh manuver-manuver pengkhianatan para Brutus dan atau perilaku menusuk dari belakang.
Dalam bukunya, Tip O’Neill juga menyinggung soal Lyndon Johnson yang dianggap sebagai presiden paling gagal dalam sejarah Amerika hingga saat itu, akan tetapi sebagai politisi dia adalah tokoh yang dianggap paling berhasil. Dari situ Sandi menyadari, politisi yang cemerlang tidak selamanya akan mampu jadi negarawan yang berhasil. Atau negarawan yang berhasil tidak selamanya harus dikenal sebagai seorang politisi yang cemerlang. Dan hal terakhir yang selalu diingat Sandi dari buku Tip O’Neill adalah bahwa politik itu senantiasa bersifat retail dan lokal. Artinya sebesar apapun dana kampanye untuk iklan dan lain-lain apabila tidak diimbangi dengan upaya mendatangi konstituen satu persatu maka akan jadi usaha yang sia-sia. Sandi langsung mempraktekkan gagasan ini ketika maju sebagai kandidat Ketua Umum HIPMI 2005 dan Ketua Umum KADIN 2010.
Walaupun aliran politik di Indonesia tidak pernah jelas karena senantiasa terkait figur, Sandi memiliki kecenderungan Sosial Demokrat dan ini konsisten dengan gagasan dan tindakan yang dilakukannya selama ini. Dia mengakui peran negara diperlukan dalam rangka menegakkan keadilan sosial dan distribusi ekonomi. Tetapi di sisi lain, negara juga harus memberi ruang gerak yang luas kepada setiap individu untuk mewujudkan kesejahteraan masing-masing dalam struktur masyarakat kapitalis. Dalam tatanan sejarah politik Indonesia, pemikiran Sandi lebih condong cocok dengan Bung Hatta ketimbang Bung Karno. Munculnya visi Indonesia Setara sedikit banyak dipengaruhi oleh kecenderungan politik di atas.
Sandi mendapat predikat “Indonesian entrepreneur of the year” pada tahun 2008 dan tercatat sebagai Asia 21 fellow dari Asia Society tahun 2009. Kecintaannya pada olah raga lari jarak jauh, membawanya keliling dunia dan berpartisipasi di 6 world major marathons, New York (2011), Berlin (2012), Tokyo (2014), Chicago (2014), Boston (2015) dan London (2015) untuk mengumpulkan dana sosial di bawah gerakan “Berlari untuk Berbagi.”
Tahun 2005 Sandi ditunjuk menjadi Manajer Tim Nasional Basket Putri Indonesia untuk SEA Games Manila. Tahun 2015, Sandi diangkat sebagai Ketua Umum Persatuan Renang Seluruh Indonesia menggantikan Hilmi Panigoro.
Di bawah naungan Mien R Uno Foundation, Yayasan Inotek dan Yayasan Indonesia Setara, Sandi Uno terus konsisten menggarap dan mensosialisasikan pentingnya inovasi dan kreativitas dalam upaya mencetak wirausaha-wirausaha baru di Indonesia. Kegiatan yang dilakukan oleh yayasan-yayasan di atas antara lain: pelatihan, bantuan modal, dukungan produk inovasi, beasiswa hingga ceramah di kampus-kampus dan komunitas.
Pada tahun 2015, Sandi diangkat menjadi Ketua Umum Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) menggantikan Prabowo Subianto. Organisasi ini menghimpun para pedagang di pasar-pasar tradisional yang terdapat di seluruh Indonesia.
Setelah memutuskan maju bersama Anies Baswedan pada Pilkada DKI 2017. Anies-Sandi berhasil memenangkan pemilihan dan memimpin DKI Jakarta periode 2017-2022 dengan diusung oleh dua partai politik, Gerindra dan PKS. Mulai saat itu, Sandi menjabat sebagai Wakil Gubernur mendampingi Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Di kepengurusan Gerindra, Sandi menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina. Kini, setelah hampir 10 bulan menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandi digandeng Prabowo Subianto sebagai cawapres untuk Pilpres 2019.
Sebagai penutup, pada tahun 2013, Sandi telah dinobatkan sebagai Orang No. 47 Terkaya di Indonesia oleh majalah Forbes. Tapi bagi Sandiaga Uno, predikat sebagai orang terkaya itu tak memberikan pengaruh apa-apa bagi dirinya. Ia mengatakan bahwa itu hanya memberi inspirasi saja bagi para pengusaha untuk memacu usahanya, hanya itu saja.
Sumber:
http://inspirasi-sandii.blogspot.com/2016/06/profil-sandiaga-salahuddin-uno.html
http://biodatakubiografiku.blogspot.com/2016/09/biodata-dan-biografi-sandiaga-uno.html
https://nasional.kompas.com/read/2018/08/09/23583031/infografik-profil-sandiaga-uno
https://id.wikipedia.org/wiki/Sandiaga_Uno